LDII Bangkalan | F.A.Q - Frequently asked questions
- Apa buku pedoman ibadah LDII ?
- Buku pedoman ibadah LDII adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Rosulullah SAW bersabda “Telah
aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat
selama berpegang pada keduanya, yaitu Kitabulloh (Al-Qur’an) dan Sunnah
Nabi-Nya”. Mengenai Al-Hadits, LDII menggunakan semua
kitab Hadits, Shohih Al-Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan
At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah.
- Apakah sumber hukum Islam menurut LDII ?
- Sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’, dan Qiyas.
Contoh Ijma’: penerapan adzan ke 3 pada hari Jum’at yang diawali pada zaman Khalifah Utsman bin Affan.
Contoh Qiyas:
zakat fitrah pada zaman Rosululloh antara lain adalah kurma dan gandum.
Bagi kita di Indonesia, beras diqiyaskan dengan gandum, karena
sama-sama makanan pokok.
- Bagaimana metode warga LDII dalam mengaji ?
- LDII menggunakan metode pengajian tradisional yaitu guru mengajar murid
secara langsung mengenai bacaan, makna, dan keterangan (untuk Al-Qur’an,
bacaannya mengikuti ketentuan tajwid).
- Apa yang dimaksud dengan manqul ?
- Manquul berasal dari bahasa Arab naqola-yanqulu, yang artinya adalah
pindah. Maka ilmu yang manquul adalah ilmu yang dipindahkan dari guru
kepada muridnya. Dalam pelajaran tafsir, Tafsir manquul berarti
mentafsirkan suatu ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lainnya,
mentafsirkan ayat Al-Qur’an dengan hadits, atau mentafsirkan Al-Qur’an
dengan fatwa shohabat.
Dalam ilmu hadits, manquul berarti
belajar hadits dari guru yang mempunyai isnad sampai kepada Nabi
Muhammad, shollallohu’alaihi wasalam.
- Bagaimana aktifitas pengajian LDII ?
- LDII menyelenggarakan pengajian dengan aktivitas yang cukup tinggi
karena Al-Qur’an dan Al-Hadits itu merupakan bahan kajian yang cukup
banyak dan luas. Di tingkat PAC umumnya diadakan pengajian 2 - 3 kali seminggu, Di tingkat PC diadakan pengajian seminggu sekali.
- Inilah yang menyebabkan tempat-tempat pengajian LDII selalu ramai dikunjungi warganya.
- Apa motifasi warga LDII untuk mengikuti pengajian ?
- Motivasi warga LDII untuk aktif mengaji adalah:
Pertama, untuk memenuhi kewajiban mencari ilmu berdasarkan firman Alloh ”Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh” dan sabda Rosulullah ”Mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi orang Islam” .
Kedua sebagai landasan untuk beramal.
- Dalam mengaji apakah LDII menggunakan ilmu alat ?
- Ya. Dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits, ulama LDII
juga menggunakan ilmu alat seperti ilmu nahwu, shorof, badi’, ma’ani,
bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih, mustholahul-hadits, dan sebagainya
- Kitab apa yang dijadikan rujukan oleh LDII dalam mempelajari Al-Quran ?
- Kitab-kitab tafsir yang menjadi rujukan LDII diantaranya adalah tafsir Jalalain, tafsir Jamal, tafsir Ibnu Katsir, tafsir At Thobari, Tafsir Departemen Agama, dan lain-lain.
- Apakah Pondok Pesantren LDII mengajarkan ilmu selain agama ?
- Ya. Pondok-pondok pesantren LDII tidak hanya
mengajarkan ilmu agama kepada santrinya, tetapi juga mengajarkan ilmu
pengetahuan umum seperti ilmu sosial kemasyarakatan, kewirausahaan, dan
kursus-kursus keterampilan sebagai bekal mencari ma’isyah (mata
pencaharian) untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
- Mengapa masjid-masjid LDII menggunakan bahasa Arab ?
- Khutbah Jum’at di masjid LDII menggunakan Bahasa Arab karena tidak ada
satupun Ulama yang menyatakan bahwa khutbah Jum’at dengan bahasa Arab
itu tidak sah, walaupun mustami’in tidak seluruhnya bisa memahami isi
khutbah.
Seperti halnya ketika musim haji dimana Imam Masjidil
Harom menyampaikan khutbah berbahasa Arab sedangkan mustami’in yang
datang dari seluruh dunia belum tentu bisa mengerti isi khutbah
tersebut.
- Mengapa setelah sholat jumat di masjid-masjid LDII kadang ada nasehat agama ?
- Pada dasarnya memberikan nasehat itu bisa dilakukan di setiap ada kesempatan. Karena sesudah sholat Jum’at itu orang-orang masih berkumpul, kesempatan itu digunakan untuk memberikan nasehat (mau’idhotul hasanah), dan itu bukan merupakan rangkaian dari sholat Jum’at.
- Mengapa shodaqoh dengan melempar uang ?
- Ada beberapa cara untuk mengumpulkan shodaqoh dari warga LDII.
Pertama, diserahkan kepada dan dicatat oleh pengurus LDII.
Kedua, dimasukkan ke kotak shodaqoh.
Ketiga, dimasukkan ke kain (sarung, sajadah, sorban) yang diedarkan.
Keempat,
melempar uang ke lantai, untuk kemudian dikumpulkan oleh pengurus.
Mengenai metode mana yang dipilih, merupakan keputusan pengurus
setempat.
Namun sebagian warga LDII menyukai cara melempar
tersebut. Selain praktis, melempar uang juga dapat menumbuhkan suasana
fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) tetapi niat Karena
Alloh tetap terjaga karena tidak ada yang tahu (”siapa shodaqoh berapa”).
- Berapa banyak dan siapa saja ulama, mubaligh/ mubalighot LDII ?
- Ulama LDII banyak, diantaranya adalah KH Kasmudi As-Shiddiqi, KH R
Iskandar Tondodiningrat, KH Achmad Tamam, KH Zubaidi Umar SH., Drs KH
Thoyyibun, dan Prof DR. Ir. KH. Abdullah Syam MSc. (Ketua Umum LDII), KH
A Karimullah BE, SE. dan lain-lain.
Adapun Ulama LDII yang
sudah meninggal dunia, antara lain KH Nur Hasan, KH Syu’udi Al Hafidz,
KH Mudzakkir, KH M Nur Ali, KH Thoyyib Abdulloh, dan lain-lain.
Beberapa
diantara Ulama LDII tersebut bukan lulusan pondok pesantren LDII saja,
tetapi juga lulusan pondok pesantren besar lainnya yang kemudian menjadi
Ulama LDII. Adapun mubaligh dan mubalighot di LDII banyak sekali
jumlahnya.
Para mubaligh/mubalighot LDII tersebut bertugas
menyampaikan dakwah di tingkat PAC. Banyak diantara PAC yang memiliki
mubaligh lebih dari seorang, sedangkan jumlah PAC di Indonesia ada
ribuan.
- Siapakah K.H Nur Hasan Al Ubaidah yang fotonya terpampang di rumah-rumah warga LDII ?
- Almarhum KH Nurhasan Al Ubaidah adalah pendiri Pondok Pesantren LDII,
Banjaran, Burengan, Kediri, seorang ulama besar yang selama 11 tahun
belajar ilmu agama di Makkah dan Madinah.
Beliau menguasai
Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Al-Qur’an. Beliau menguasai Qiroah Sab’ah, yaitu
bacaan Nafi’ Al Madani, Ibnu Katsir Al Makki, Abu Amr Al Bashri, Ibnu
Amir As Syami, Ashim Al Kufi, Hamzah Al Kufi, dan Ali Al Kisa’i.
Masing-masing guru tersebut memiliki dua murid yang sangat terkenal,
sehingga bacaannya diistilahkan 21 bacaan.
Beliau juga menguasai
49 kitab-kitab hadits lengkap dengan ilmu alatnya. Diantara guru-guru
beliau adalah: Imam Abu Samah, Syeikh Umar Hamdan, Syeikh Yusuf, dan
lain-lain. Oleh sebab itu warga LDII menempatkan beliau sebagai Ulama
Besar.
- Bagaimana sikap LDII terhadap golongan islam lainnya ?
- Semua golongan Islam adalah bersaudara, sebagaimana sabda Rosululloh: ”Orang Islam adalah saudaranya orang Islam” .
Sesama golongan Islam tidak dibenarkan untuk saling merendahkan, sesuai firman Alloh: ”Dan
janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, barangkali keadaan
kaum yang direndahkan itu lebih baik dari kaum yang merendahkan”.
- Apakah LDII menerima masukan dari pihak lain ?
- Ya. LDII terbuka terhadap masukan-masukan, baik masukan mengenai masalah
organisasi maupun masalah agama. LDII bahkan secara proaktif mencari
masukan-masukan dari berbagai kalangan. Dalam rangka mencari masukan
dalam masalah-masalah kenegaraan, LDII mengadakan audiensi dengan
instansi terkait antara lain: DPR RI, Mabes TNI, kemudian mengadakan
silaturohim dan meminta masukan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
LDII juga bekerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta dalam rangka memberi pelatihan dakwah
kepada para mubaligh-mubalighot LDII. LDII di daerah-daerah sering
mengundang ulama-ulama diluar LDII untuk memberikan ceramah agama. Bagi
LDII, segala bentuk masukan adalah merupakan nasihat yang tidak
ternilai harganya.
- Mengapa warga LDII menghindari jabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya ?
- Laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom tidak boleh bersalaman, berdasarkan sabda Rosululloh SAW: ”Niscaya
jika kepala salah satu kalian ditusuk dengan jarum besi itu lebih baik
daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya” dan hadits-hadits lain yang lebih shohih.
- Mengapa warga LDII dalam melaksanakan aktifitasnya terkesan eksklusif ?
- Kesan eksklusif itu sebetulnya tidak benar. Buktinya banyak warga LDII
yang menjadi tokoh masyarakat, ketua RT, ketua RW, dan lain-lain. Hanya
karena aktivitas pengajian di LDII sangat tinggi, menyebabkan kesempatan
pergaulan di masyarakat menjadi berkurang. Dalam hal ini DPP LDII
sudah memberikan pedoman kepada seluruh warganya agar tetap menjaga tali
silaturohim dengan masyarakat sekitarnya, termasuk mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh RT/RW setempat.
- Bagaimana sikap LDII terhadap pihak yang tidak senang kepada LDII ?
- Siapa saja yang mengamalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan seutuhnya
(kaffah) serta konsisten (istiqomah) selalu saja ada fihak-fihak yang
tidak senang. Hal tersebut semata-mata karena fihak yang tidak senang
tadi kemungkinan belum mengetahui secara benar mengenai LDII.
LDII
menganggap fihak yang tidak senang dengan LDII tersebut karena masih
adanya kesalahpahaman. Oleh sebab itu LDII berusaha untuk menjelaskan
kesalahpahaman tersebut melalui pengajian-pengajian di setiap tingkat
organisasi di daerah-daerah.